Sementara untuk rehabilitasi mangrove, revegetasi (penanaman kembali) tidak mudah dilakukan, serta terjadinya kerusakan ekosistem mangrove yang disebabkan oleh alih fungsi lahan untuk tambak, pembangunan infrastruktur, dan perluasan permukiman. Dengan berbagai tantangan tersebut, maka Indonesia dapat melakukan benchmarking dari praktik negara lain dalam melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, salah satunya dengan Thailand, termasuk untuk berkolaborasi dalam mewujudkan ketahanan pangan dan manajemen sumber daya alam di kawasan.
Sebagai negara yang sama-sama berada di kawasan Asia Tenggara, Indonesia dan Thailand memiliki hubungan bilateral yang cukup erat, terutama dalam sektor pertanian dan pengelolaan sumber daya alam. Indonesia dan Thailand, sebagai dua negara besar di Asia Tenggara memiliki peran strategis dalam menjaga ketahanan pangan di kawasan ini. Kedua negara yang sama-sama bertumpu pada sektor agraria ini telah menjalin kerja sama untuk saling bertukar pengetahuan, teknologi, dan pengalaman dalam meningkatkan produktivitas pertanian serta pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Kerja sama ini seringkali turut difasilitasi dalam kerangka ASEAN dan forum internasional lainnya, di mana Indonesia dan Thailand aktif berbagi pengalaman dalam rehabilitasi hutan, pengelolaan kawasan konservasi, serta program konservasi keanekaragaman hayati. Melalui kerja sama teknologi pertanian, pengelolaan rantai pasok, penanggulangan krisis pangan, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kedua negara berkontribusi tidak hanya bagi kepentingan nasional masing-masing, tetapi juga bagi stabilitas pangan di kawasan Asia Tenggara. Pada pertemuan bilateral antara Presiden RI dan Perdana Menteri Thailand di Bangkok pada Mei 2025, kedua negara sepakat untuk bekerja sama untuk memperkuat rantai pasok pangan, manajemen pangan, pengembangan industri halal, serta perdagangan produk pertanian.
Thailand telah mengembangkan strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang cukup progresif, khususnya yang berbasis komunitas. Praktik baik dari Thailand dapat menjadi rujukan penting bagi Indonesia. Dari praktik agroforestri berbasis komunitas yang diimplementasi Thailand, Indonesia tidak hanya dapat belajar bagaimana upaya reforestasi dapat berdampingan dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan, melainkan juga dapat menarik pelajaran penting bagaimana insentif pemerintah dan dukungan kelembagaan dapat mengubah perilaku masyakarat petani dari pola ekstraktif ke pola berkelanjutan.
Thailand juga berhasil menyeimbangkan antara perlindungan hutan alam dengan hutan produksi berbasis masyarakat. Praktik baik yang dilakukan Thailand menunjukkan bahwa menghadapi perubahan iklim bukan hanya soal bertahan, tetapi juga membuka peluang. Kebijakan konservasi lingkungan dan manajemen sumber daya alam perlu memberi insentif ekonomi agar masyarakat dapat terdorong untuk turut menjaga lingkungn. Dengan mitigasi dan adaptasi yang terencana dan pendekatan berbasis masyarakat, Thailand bisa menjaga ketahanan pangan sekaligus melindungi alam. Dengan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang jauh lebih besar, Indonesia seharusnya dapat melangkah lebih jauh.
Ke depannya, Indonesia perlu lebih mengintegrasikan kebijakan pangan dengan konservasi lingkungan dalam melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Kebijakan pangan dan konservasi lingkungan perlu dipandang sebagai satu kesatuan sistem. Kebijakan pangan yang hanya berorientasi pada peningkatan produksi tanpa memperhatikan keberlanjutan lingkungan berisiko menimbulkan degradasi lingkungan.
Sebaliknya, kebijakan konservasi yang tidak sensitif terhadap kebutuhan pangan berpotensi menimbulkan resistensi sosial. Belajar dari Thailand, Indonesia perlu mengoptimalkan praktik climate-smart agriculture dan agroforestri untuk meningkatkan produktivitas, memperkuat ketahanan ekosistem pertanian, dan mengurangi emisi. Kebijakan perhutanan sosial yang sudah ada perlu dioptimalkan dengan penguatan pendampingan kepada petani hutan, pengawasan, dan hilirisasi produk perhutanan nasional.
Konservasi ekosistem kritis seperti hutan hujan tropis, gambut, dan mangrove juga perlu diintegrasikan ke dalam kebijakan pangan. Selain itu, partisipasi dan kerja sama lintas pemangku kepentingan juga sangat penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Dengan langkah ini, Indonesia tidak hanya lebih tangguh terhadap dampak iklim, tetapi juga mampu mewujudkan ketahanan pangan dan manajemen sumber daya alam yang berkelanjutan dan inklusif.*
_____________
REFERENSI
Ali Abdullah Wibisono dan Ahmad Hidayat, Assessment of Climate Change Impacts and Mitigation in ASEAN: Heavily Impacted with Unestablished Commitment to Act, IR-UI Commentaries Vol. IV/ No. 7, November 2023, FISIP Universitas Indonesia, https://ir.fisip.ui.ac.id/storage/2023/12/Vol.-IV-No.7-Nov-2023.pdf
ASEAN Secretariat (Jakarta, 2021), ASEAN State of Climate Change Report: Current Status and Outlook of the ASEAN Region toward the ASEAN Climate Vision 2050, https://asean.org/wp-content/uploads/2021/10/ASCCR-e-publication-Correction_8-June.pdf
Asian Development Bank, Climate Risk Country Profile: Indonesia, https://www.adb.org/sites/default/files/publication/700411/climate-risk-country-profile-indonesia.pdf
Asian Development Bank, Climate Risk Country Profile: Thailand, https://www.adb.org/sites/default/files/publication/722251/climate-risk-country-profile-thailand.pdf
Chanutsakul Supirak, Policy and Country Perspectives: Policy Context for Forest-Based Climate Change Mitigation and Adaptation (International and Regional Levels), Department of Climate Change and Environment, Kingdom of Thailand
Disaster Risk Management Knowledge Centre European Commission, Country Risk Profile, https://drmkc.jrc.ec.europa.eu/inform-index/INFORM-Risk
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Strategi dan Penahapan Pembangunan Rendah Karbon dalam RPJPN 2025-2045: Upaya Mencapai Net Zero Emissions, Mei 2025, https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2025/05/Strategi-dan-Penahapan-Pembangunan-Rendah-Karbon-dalam-RPJPN-2025-2045-Upaya-mencapai-Net-Zero-Emissions.pdf
Melinda Good, Charting A Smarter Ocean Future for Thailand, World Bank Blogs, https://blogs.worldbank.org/en/eastasiapacific/charting-a-smarter-ocean-future-for-thailand
Nantida Sutummawong, Climate Change Impacts on Biodiversity and Forest Resources, Kasetsart University
Natthapol Chittamart, Climate Change Impacts on Agriculture and Food Security (Agri-Food System), Kasetsart University
Patthra Pengthamkeerati, Climate Change Mitigation and Adaptation in the Context of Food Security, Kasetsart University
Pramono Dwi Susetyo (ed. Sandro Gatra), Masalah Mendasar Rehabilitasi Mangrove, Kompas.com, Februari 29, 2024, https://lestari.kompas.com/read/2024/02/29/084608586/masalah-mendasar-rehabilitasi-mangrove?page=all
RECOFTC Indonesia, Perhutanan Sosial di Indonesia: Peluang, Tantangan, dan Investasi, https://www.recoftc.org/id/stories/perhutanan-sosial-di-indonesia-peluang-tantangan-dan-investasi
Sekretariat Kabinet RI, Joint Press Statement of President of the Republic of Indonesia and Prime Minister of Thailand at the Government House, Bangkok, Thailand, Monday, May 19, 2025, https://setkab.go.id/en/joint-press-statement-of-president-of-the-republic-of-indonesia-and-prime-minister-of-thailand-at-the-government-house-bangkok-thailand-monday-may-19-2025/
UNDP Thailand, NC 4: Global Boiling and Climate Change: Impacting Every Life across Thailand, April 28, 2024, https://www.undp.org/stories/climate-impact-thailand
United Nations Regional Information Centre for Western Europe, State of The Global Climate Report: New Records and Almost Irreversible Consequences, https://unric.org/en/wmo-state-of-climate-report-climate-new-records-and-almost-irreversible-consequences/
Warangkana Rattanarat, Community-based Adaptation and Resilience to Climate Change, RECOFTC Thailand
Wirongrong Duangjai, Climate Change Mitigation through Agroforestry, Kasetsart University





