Agam | KlikGenZ — Banjir bandang kembali melanda wilayah Kabupaten Agam, Sumatra Barat, tepatnya di Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, pada akhir November 2025. Bencana galodo yang membawa material batu besar dan kayu gelondongan itu tidak hanya merusak rumah dan lahan pertanian, namun juga menelan korban jiwa.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam mencatat sedikitnya 10 warga meninggal dunia di kawasan Tanjung Raya akibat bencana yang terjadi secara beruntun. Akses ke wilayah kelahiran ulama besar Buya Hamka ini sempat terputus karena longsor dan kerusakan jalan yang juga dipicu gempa bumi.
Selama sembilan hari, bantuan hanya bisa masuk melalui jalur danau menggunakan kapal nelayan. Jalur alternatif baru dapat dilalui setelah material longsor perlahan dibersihkan.
Kini, ratusan warga masih bertahan di pengungsian. Namun saat siang hari, sebagian warga kembali ke rumah untuk membersihkan sisa material, lalu kembali mengungsi saat turun hujan karena ancaman banjir susulan.
“Kalau hujan deras, air naik lagi. Jadi kami balik ke pengungsian,” ujar Eva Susanti (55), warga Nagari Sungai Batang, Minggu (7/12/2025).
Eva mengungkapkan kebutuhan mendesak warga saat ini adalah bahan pokok, peralatan pertanian seperti cangkul untuk membersihkan rumah, serta kebutuhan perempuan dan anak seperti pakaian dalam dan popok.
Pantauan tim warga-bantu-warga yang bekerja sama dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH), terlihat bebatuan berukuran besar dan tumpukan kayu masih memenuhi area pemukiman dan lahan pertanian warga.
“Ini dulu lahan sawah dan rumah warga. Sekarang tertimbun semua,” ucap Fikri, salah seorang warga.
Warga berharap pemerintah mendatangkan alat berat untuk membuka kembali aliran sungai dari arah hulu. Dengan begitu, ketika hujan turun, air tidak meluap ke permukiman.






