“Kami mohon para relawan, bantu kami,” pintanya.
Meski kehilangan hampir seluruh sumber penghidupan, harapannya sangat sederhana. Baginya, dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja sudah menjadi nikmat yang patut disyukuri.
“Kami tidak mengharapkan lebih. Kami bisa dapat makan, Alhamdulillah,” pungkasnya.
Kisah pilu dari Desa Juara ini menjadi pengingat bahwa di balik surutnya air banjir, terdapat luka ekonomi dan beban mental yang berat bagi para orang tua yang harus kembali berjuang dari nol demi kelangsungan hidup dan pendidikan anak-anak mereka.*
Sumber: Arahpublik.com
