Boy Candra, penulis buku Ikhlas Penuh Luka, menyampaikan ucapan selamat atas terbitnya buku pertama Rizky Utama. Ia berpesan agar Rizky terus produktif dan tidak berhenti menulis. Menurutnya, ekosistem literasi di Sumatera Barat, khususnya di Pustaka Steva, memberikan ruang yang inklusif bagi siapa pun untuk merayakan buku.
“Setiap buku layak dirayakan di Steva. Bahkan jika kamu penulis baru dan hanya mencetak dua eksemplar sekalipun, tetap bisa dirayakan. Kritik adalah hal biasa, tetapi satu hal yang pasti: penulis yang benar-benar mati adalah penulis yang berhenti menulis dan berhenti menerbitkan buku,” ujar Boy Candra. Ia menambahkan bahwa selama buku diterbitkan, diterima atau tidak oleh pembaca, proses berkarya tidak boleh berhenti.
Penulis novel Leiden, Hasbunallah Haris, turut menyampaikan pandangannya dengan mengibaratkan setiap karya sebagai anak yang harus dirawat dan dijaga dengan penuh tanggung jawab. Sementara itu, Nisya’ Tri Yolanda, seorang pustakawan, menilai buku Tidak Harus Tergesa-gesa sebagai kontribusi yang baik dan relevan bagi masyarakat sekitar.
Dalam kesempatan tersebut, Rizky Utama menyampaikan rasa terima kasihnya, khususnya kepada Pustaka Steva yang telah memberikan ruang agar bukunya dapat dikenal lebih luas. Ia mengaku sangat bersyukur atas dukungan yang datang dari para penulis, komunitas literasi, serta teman-teman terdekat yang hadir. Rizky berharap tidak berhenti pada karya pertamanya dan dapat terus menyuguhkan karya-karya berikutnya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah meluangkan waktu membaca bukunya.
Sebagai pembahas, Mutia Farhanah menilai Tidak Harus Tergesa-gesa sebagai buku yang sangat relevan dengan kondisi masa kini. Menurutnya, buku ini mudah dipahami dan cocok bagi mereka yang kerap mencemaskan masa depan serta terlalu mengkhawatirkan pencapaian, hingga lupa hadir dan sadar dalam proses. Buku ini, kata Mutia, mengingatkan bahwa menjalani hidup dengan lebih pelan bukan berarti tertinggal.






