Aceh Tamiang | KlikGenZ — Sebuah cuplikan video peliputan banjir besar di Kabupaten Aceh Tamiang yang sempat beredar luas di media sosial kini menjadi bahan perbincangan kuat setelah YouTube menghapus konten tersebut dari platformnya. Video pendek berdurasi sekitar 69 detik ini menampilkan seorang jurnalis saat melaporkan kondisi pascabanjir yang masih memprihatinkan, namun kini hanya tersisa jejak diskusi warganet yang mempertanyakan alasan penghapusan tersebut.
Dalam rekaman itu, wartawan Irine Wardhanie tampak menyampaikan secara langsung kondisi di lapangan dengan nada penuh emosi, bahkan berlinang air mata. Ia menggambarkan situasi di Desa Lubuk Sidup yang masih terputus aksesnya akibat jembatan utama yang runtuh, serta banyak warga termasuk anak-anak yang belum mendapatkan bantuan makanan layak.
“Mungkin ini live terakhir saya di Aceh. Sebagai jurnalis, saya dititipkan warga agar bisa memberitakan yang sebenarnya… dan ini berat buat kami,” ujar Irine, yang suaranya terdengar bergetar saat merekam kejadian tersebut.
Rekaman ini juga menampilkan interaksi dengan pembaca berita yang bertugas di lokasi, Heranof Al Basyir, yang mencoba meredakan suasana dan menjanjikan dialog lanjutan dengan pihak terkait tentang respons pemerintah terhadap krisis tersebut.
Namun, YouTube telah menghapus video itu tanpa penjelasan resmi, sehingga menimbulkan spekulasi dan pertanyaan di kalangan netizen. Banyak warganet yang kemudian mengunggah ulang klip tersebut, sehingga cuplikan itu kembali viral setelah dihapus.
CNN Indonesia sendiri kemudian memberikan klarifikasi resmi bahwa penarikan video tersebut adalah keputusan redaksi karena konten tersebut dianggap rentan disalahgunakan dan berpotensi memicu framing atau interpretasi yang keliru terhadap situasi lapangan. CNN menyatakan keputusan itu diambil secara independen tanpa tekanan dari pihak manapun.
Walau demikian, pihak jaringan media memastikan bahwa liputan tentang penyaluran bantuan dan kondisi pascabanjir Aceh Tamiang tetap dilanjutkan dan tersedia melalui kanal resmi mereka di situs web.
Insiden ini memicu perbincangan lebih luas tentang bagaimana media sosial dan platform video mengelola konten berisi informasi kritis di tengah situasi darurat kemanusiaan. Beberapa pihak khawatir bahwa penghapusan rekaman lapangan yang menyentuh hati bisa memengaruhi transparansi informasi yang dibutuhkan publik.
Banjir besar yang melanda Aceh Tamiang dan beberapa wilayah lainnya di Sumatera telah menyebabkan banyak kerusakan. Data terbaru menunjukkan puluhan korban jiwa dan ratusan ribu warga masih mengungsi akibat banjir yang melumpuhkan kehidupan serta infrastruktur setempat.






