PADANG PARIAMAN | KLIKGENZ — Bencana besar kerap menjadi cermin paling jujur untuk menilai kepemimpinan. Di Padang Pariaman, rangkaian banjir dan longsor yang melanda berbagai nagari bukan hanya menguji ketahanan infrastruktur, tetapi juga menguji keberanian mengambil keputusan, kecepatan bertindak, dan kesediaan pemimpin untuk hadir langsung bersama rakyatnya.
Bagi Bupati Padang Pariaman John Kenedy Azis dan Wakil Bupati Rahmat Hidayat, ujian itu datang ketika roda pemerintahan mereka mulai menunjukkan hasil nyata. Alam justru menantang lebih keras. Jalan putus, nagari terisolasi, ribuan warga kehilangan rumah, dan kerugian daerah menembus angka Rp1,37 triliun.
Namun di titik inilah, kepemimpinan diuji bukan oleh pidato, melainkan oleh tindakan.
Ketika Krisis Menuntut Keputusan Cepat
Pada 22 November 2025, akses jalan Kampuang Bonai menuju Polres Padang Pariaman di Parik Malintang terputus total. Tanpa menunggu prosedur panjang, John Kenedy Azis yang akrab disapa Ajo JKA langsung menghubungi Sekretaris Utama BNPB pada hari yang sama.
Langkah ini bukan sekadar refleks empati, tetapi keputusan politik-kebijakan yang krusial. Dalam situasi bencana, kecepatan komunikasi dengan pusat menentukan seberapa cepat negara benar-benar hadir di daerah.
Bencana belum usai. Longsor kembali terjadi di berbagai titik: Korong Sipisang Sipinang di Nagari Anduriang terisolasi total, Pasia Laweh tertimbun, jalan Sikayan amblas, galodo menerjang Asam Pulau. Padang Pariaman lumpuh di banyak sisi.
Di Lapangan, Bukan di Balik Meja
Di Korong Sipisang Sipinang, bantuan tidak bisa masuk dengan kendaraan. Jalan hilang, jurang menganga. Dalam kondisi itu, distribusi logistik dilakukan menggunakan tali dan sistem troll selama berhari-hari.
Di sinilah kepemimpinan kehilangan jarak formalnya. JKA dan Rahmat Hidayat turun langsung, memantau distribusi, memastikan logistik sampai, bahkan hingga malam hari.
“Alhamdulillah, berkat kerja bersama, akses untuk warga Sipisang Sipinang akhirnya berhasil dibuka,” ujar JKA di lokasi.
Bagi warga, kalimat itu bukan sekadar pernyataan resmi. Itu adalah tanda bahwa mereka tidak ditinggalkan.

Krisis Lokal, Lobi Nasional
Kesigapan di lapangan diiringi kerja senyap di tingkat pusat. Kehadiran Kepala Staf Kepresidenan menjadi pintu masuk perhatian nasional. Tak lama berselang, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, datang langsung ke Padang Pariaman.
Bukan sekali, tetapi dua kali dalam masa tanggap darurat.
Kunjungan ganda Presiden ke satu daerah dalam situasi bencana adalah peristiwa langka. Ia menjadi sinyal kuat bahwa komunikasi politik dan lobi kebijakan kepala daerah berjalan efektif.
Bagi Padang Pariaman, kehadiran Presiden bukan sekadar simbol. Ia adalah percepatan: percepatan anggaran, percepatan koordinasi, dan percepatan pemulihan.
Gerak Cepat ke Jakarta: Air Bersih Jadi Prioritas
Tak berhenti di situ. Pada Selasa (9/12), JKA langsung bertolak ke Jakarta. Ia menemui Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU dan disambut langsung Dirjen Cipta Karya, Dewi Chomistriana.





